Bernas Jogja-, halaman wisata alam, Desa Wisata Pentingsari Sleman
Yogyakarta, tergolong berhasil dalam mengelola kepariwisataan, lebih
lanjut berita dari wisata desa Sleman ini, di sampaikan oleh disampaikan
Plh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Aji
Wulantara, SH, Rabu 15 Juni 2011 di kantornya Jl. KRT Pringgodiningrat
Beran Sleman.
Dia
memaparkan, pengelolaan desa wisata yang berdasar penerapan Kode etik
pariwisataan dunia, akan lebih berhasil apabila sejalan dengan kondisi
masyarakat di sekitar obyek wisata yang mendukung secara penuh.
Aji menambahkan bahwa penyerahan penghargaan tersebut diberikan oleh
Ketua Komite Kode Etik Pariwisata Dunia (World Commitee on Tourism
Ethics – WCTE) Dr. David de Villers, Selasa 14 Juni 2011 di joglo desa
wisata Pentingsari.
Hadir
pula dalam kesempatan tersebut, mantan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata RI Gde Ardika selaku koordinator untuk mensosialisasikan kode
etik kepariwisataan di Indonesia, Direktur Usaha Pariwisata Dirjen
Pengembangan Destinasi Depbudpar Winarno Sujas, Ketua Komote Kode Etik
Pariwisata Dunia David de Villers dan anggota-anggotanya diantaranya
Mrs. Sietske Grass, Mr. Benboom, Mrs. Diny Boom, Mr. Helmut Kruger, Mr.
Haeguk Hwang, Ms. Marina Diotallevi, Mr. Igor Stefanofic, Mr. Allet
Pellet.
David
de Villers mengungkapkan bahwa desa wisata Pentingsari menurut
pengamatan memang sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Kode Etik
Pariwisata Dunia, diantaranya penerapan upaya pemberdayaan masyarakat
lokal atau community-based tourism.
KEARIFAN LOKAL MENAMBAH KEUNTUNGAN LINGKUNGAN SEKITAR
Selain itu juga terjaganya kearifan budaya lokal dan pelestarian lingkungan untuk
memperoleh keuntungan tanpa menimbulkan kerusakan.
Masyarakat
lokal sebagai pelaku dengan pengelolaan desa wisata dapat memperoleh
keuntungan secara ekonomi namun tetap mempertahankan pada kearifan lokal
baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alamnya.
Disisi
lain wisatawan yang datang ke desa wisata tidak sekedar melihat potensi
lokal yang ditawarkan, akan tetapi dapat melakukan sesuatu yang
menawarkan pengalaman langsung yang mengesankan.
Selain
itu keberadaan wisatawan ke desa wisata juga dapat mendorong masyarakat
lokal untuk lebih peduli dan mempertahankan keaslian alam dan tradisi
budaya yang ada.
Pada
penerimaan komite tersebut, disampiakan paparan tentang pembangunan
pariwisata di Kabupaten Sleman khususnya pengenalan desa wisata
Pentingsari sebagai desa wisata yang berfokus pada ekowisata oleh Kepala
Bidang Pemasaran Pariwisata Disbudpar Sleman Dra. Shavitri Nurmala
Dewi, MA.
Gde Ardika dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa sejalan dengan
Kode Etik Pariwisata Dunia, pemerintah Indonesia berupaya membangun
sektor pariwisata untuk mendapatkan keuntungan ekonomis, mempertahankan
aspek sosial budaya positif serta meminimalkan dampak negatif pada
sosial dan lingkungan pariwisata.
Kode
etik pariwisata dunia yang merupakan serangkaian prinsip dasar yang
menyeluruh menjadi pedoman bagi para stakeholder pariwisata dalam
membangun kepariwisataan. Stakeholder yang dimaksud meliputi pemerintah
pusat dan daerah, masyarakat lokal, industri pariwisata, para
profesional, maupun wisatawan itu sendiri baik manca negara maupun
domestik.
Masing-masing stakeholder berpartisipasi dan menyumbangkan kontribusi
demi upaya pengembangan pariwisata. Dinamika desa wisata Pentingsari dan
kompleksitasnya hendaknya merupakan “suara dari desa” yang perlu
didengungkan pada skala nasional maupun internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar